Karya : Emi Mustaqimah, S.Pd
Kita sebagai makhluk ciptan Allah adalah makhluk yang paling sempurna, memiliki akal dan pikiran serta meiliki hati, seklaigus memiliki kehendak banyak hal termasuk kehendak marah. Ketika kita sedang marah, pada hakikatnya kita masih dalam keadaan sadar, tidak hilang ingatan ataupun gila.
Marah adalah reaksi alamiah manusia yang timbul karena dirinya merasa terganggu atau terancam.Marah adalah salah satu bentuk emosi,sedangkan emosi adalah bentuk respon seseorang terhadap suatu kejadian. Dalam Islam, segala yang ada pada diri manusia sudah di atur sedemikian rupa, termasuk salah satunya adalah marah. Akan tetapi akan lebih baik jika marah ditempatkan pada porsi dan tempat yang tepat.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim, “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala urusanya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin: yaitu jika ia mendapatkan kebahagian, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal yang terbaik bagi dirinya”. (HR Muslim)
Dari hadis di atas, jelas bahwa dalam Islam segala hawa nafsu termasuk marah bukan di hilangkan tapi di kendalikan dengan baik, supaya ada keseimbangan dalam tubuh manusia, sehingga akal pikiran dan hati bisa terbentuk dengan baik.
Dalam hadis nabi yang diriwayatkan Bukhari & Muslim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قال: “لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ”.
“ Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah”. (HR Bukhari&Muslim)
Sebagian orang menganggap bahwa mengendalikan kemarahan adalah suatu bawaan padahal mengendalikan kemarahan adalah suatu bentuk ketrampilan yang harus selalu di coba dan di latih berulang ulang.
Suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada rasulullah tentang amalan apa yang bisa mengantarkan kita untuk mendapatkan rahmatNya. Nabi menjawab, “Jangan marah!” jawaban nabi diulang sampai 3x, hal tersebut ditegaskan oleh Nabi bahwa marah dekat dengan neraka.
Lantas kenapa kita harus marah?
Faktor penyebab marah bisa terjad karena 2 hal yaitu :
Faktor dari dalam yaitu sifat bawaan (genetik), budaya, pola asuh diwaktu kecil, kejenuhan dan kelelahan.
Faktor dari luar yaitu pergaulan dengan orang –orang yang pemarah, stres dari luar, beban kerja, tekanan, kegagalan dan keuangan.
Terkadang kita menempatkan amarah sebagai pelarian dari rasa sedih atau kecewa. Misalkan kita gagal menjadi seorang pegawai, maka kita akan marah terhadap penyebab kegagalanya, maka saat itu persaan dan hati kita sudah menyatu dengan luapan emosi yang tidak terkendali, tanpa sadar kita telah menjauhkan hati nurani dari kehidupan, mengotorinya dengan hawa nafsu.
Bagi kaum muslim, Nabi Muhammad adalah teladan kehidupan. Baik sosok fisiknya maupun tingkah laku kepribadiannya. Beliau SAW adalah manusia yang paling sempurna fisik dan akhlaknya. Hingga dikatakan setengah ketampanan lelaki di dunia ini ada pada diri Muhammad SAW (seperempatnya milik Nabi Yusuf a.s, dan seperempatnya lagi milik kaum lelaki lainnya).
Karena keseluruhan yang ada pada Nabi Muhammad adalah teladan, maka segala sikap beliau juga menjadi teladan bagi umat Islam. Termasuk ketika beliau marah, salah satu dari kisah nabi adalah bagaimana beliau tidak menampakan kemarahan saat orang-orang Thai’if mengejek, menghina dan melempari batu sampai tubuh nabi penuh dengan luka dan darah, nabi memaafkan mereka semua, bahkan malaikat Jibril ingin menjungkirbalikan gunung untuk menghukum mereka atas perlakuan mereka kapada nabi. Tapi Nabi memaafkan dan tidak melakukan dendam.
Dalam surat Ali Imran ayat 134-135 salah satu dari ciri orang yang bertaqwa adalah menahan marah,
Manusia di karuniai hawa nafsu, tetapi hawa nafsu tersebut harus kendalikan dengan baik, misalkan saat kita sedang marah, apa yang harus kita lakukan?, nabi memebrikan contoh dengan cara :
Dalam hadis Abu Daud “ Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air , Apabila salah seorang dari kalian sedang marah hendaklah berwudhu.
Dengan cara diatas semoga kita bisa terhindar dari marah yang akan merugikan diri kita ataupun orang lain.
Tinggalkan Komentar