Info Sekolah
Senin, 11 Des 2023
  • Selamat Hari Pendidikan Nasional
  • Selamat Hari Pendidikan Nasional
9 September 2023

Empat Pilar Kader Persyarikatan

Sabtu, 9 September 2023 Kategori : manajemen

oleh : Drs. H. Aris Thobirin, M.Si

Secara etimologi, kader berasal dari Bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Sedangkan arti bingkai sesungguhnya adalah sebuah papan yang dipasang disekekiling suatu benda, agar kuat. Dalam Bahasa Perancis, cadre merupakan inti, pusat atau bagian terpilih yang terlatih. Dalam Bahasa Latin adalah quadrum yang berarti empat persegi panjang, bujur sangkar atau kerangka yang kokoh.

Makna membingkai sesungguhnya bukan hanya pelapis, atau sebagai pengganti.

Kaderisasi merupakan proses atau tahapan pembinaan, pendewasaan diri dan peningkatan kualitas individu dalam suatu organisasi yang akan memegang peran penting dalam memegang tongkat estafet yang akan melanjutkan.

Dengan demikian kader merupakan kelompok elite strategis dan terlatih yang samapta (siap siaga) dengan kecakapan, kualifikasi dan nilai-nilai lebih yang harus dimilikinya.

Pengkaderan di lingkungan Muhammadiyah dapat ditelusuri sejak KH Dahlan merintis organisasi. Namun secara kelembagaan, kader diresmikan melalui Muktamar Muhammadiyah ke-32 tahun 1953, muncul istilah kader tingkat atas dan kader tingkat bawah. Dalam muktamar ke-35 tahun 1962, istilah kader dibagi menjadi dua, yaitu kader yang bergerak di segala lapangan terkait dengan keagamaan dan umum dan kader khusus merujuk pada kader yang tergabung dalam Hizbul Wathan, pemuda NA dan lain-lain.

Kaderisasi di kalangan Muhammadiyah tidak begitu asing. Menjadi pimpinan di Persyarikatan berarti siap untuk mengganti dan diganti, sesuai dengan kinerja Muhammadiyah. Waktu datang dan pergi silih berganti. Karenanya, proses pengkaderan menjadi penting, yang bukan hanya alih fungsi, tetapi peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM).

Ada empat pilar kompetensi yang menjadi kebutuhan dasar sebagai seorang kader.

Pertama, kompetensi keberagamaan. Selalu memberi asupan yang bernilai tinggi agar terbentuk kesalehan dalam kehidupan. Keikhlasan dalam hidup dan berjuang menegakkan ajaran Islam melalui Muhammadiyah. Amanah dalam mengemban tugas organisasi.

Kedua, Intelektual. Manfaat dari melubernya pengetahuan adalah dapat memberi jalan beberapa alternatif untuk memberi solusi dalam problem solving. Cerdas dan bermental “memberi” menjadikan seorang kader sebagai panutan. Bukan hanya sekedar IQ atau kepiawaian kognitif, melainkan juga mempunyai kecerdasan emosional.

Ketiga, Sosial kemanusiaan. Bercirikan kesalehan dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Inovatif dalam mengembangkan kemajuan organisasi. Berkemajuan dalam menggerakkan Muhammadiyah. Dapat menerima orang lain, dan dapat diterima orang lain.

Keempat, Keorganisasian dan kepemimpinan. Seorang kader semestinya berpatisipasi aktif dalam peran keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan secara universal. Fleksibel dalam menenmpati posisi apapun. Mampu menelurkan hasil karya-karya terbaik. Menjunjung tinggi  ideologi Muhammadiyah dan mampu bersikap tegas, namun arif dalam membela persyarikatan.

Disampaikan dalam acara Optimalisasi Manajerial, yang diselenggarakan oleh BKS SMP/M.Ts. Kota Yogyakarta