oleh : Ircham Sudaryanta, ST.
PUASA Ramadhan mampu menumbuhkan jiwa sosial. Sebab, rasa haus dan lapar yang dirasakan sepanjang hari merupakan bentuk pelajaran bagi orang yang berpuasa. Rasa haus dan lapar memberikan pendidikan yang berharga. Di samping itu, orang yang berpuasa pun turut merasakan haus dan lapar, sebagaimana yang dirasakan oleh fakir miskin yang sering merasakan haus dan lapar
BULAN Ramadhan adalah bulan ibadah dan sekaligus bulan pendidikan dan pembinaan ketakwaan. Bulan ini merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Bulan yang banyak kita rindukan untuk memperbanyak ibadah, selain meningkatkan takwa kepada Allah.
BULAN puasa atau bulan Ramadhan sering disebut bulan syahr al-judd (bulan kedermawanan), karena di bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi Muhammad SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan di bulan suci Ramadhan.
MANUSIA kalau terus-menerus berlimpah kenikmatan, rasa syukurnya akan berkurang, bahkan bisa hilang. Kenikmatan baru diketahui nilainya setelah lepas dari pemiliknya.
NIKMAT kesehatan baru diketahui nilainya ketika seseorang menderita sakit. Rasa manis baru diketahui nilai manisnya setelah seseorang merasakan pahit. Orang yang dilapangkan rezekinya baru merasakan nilainya setelah berada dalam kekurangan.
DENGAN melaksanakan ibadah puasa, kita akan mengetahui betapa berharganya nilai sesuap nasi dan seteguk air. Semua ini tidak akan pernah diketahui nilainya manakala tubuh kita tidak merasakan keringnya tenggorokan dan pahitnya kelaparan.
HAL itu memberikan pelajaran kepada kita bahwa ibadah puasa yang sangat penting adalah kesadaran hati, dan sikap untuk membantu dan menyantuni anak yatim kaum dhuafa, fakir dan miskin. Hal ini sejalan dengan perintah Allah di dalam Al qur’an Surah Al-Maun, ayat 2 dan 3, yang artinya, “Tidak sempurna keIslaman seseorang sampai ia tidak peduli kepada anak yatim dan orang miskin.”
ANAK yatim , orang fakir dan miskin merupakan orang yang sangat membutuhkan perhatian dan uluran bantuan. Ini yang yang ditekankan pada ibadah puasa Ramadhan.
PUASA mengajarkan manusia untuk berjiwa sosial, memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Dengan demikian, lahirlah sikap kritis, peduli terhadap lingkungan sosial sekitar, terjadi pertautan antara kesalihan individual dan kesalihan sosial.
SEMOGA Allah ridha menganugerahkan kepada kita semua: keselamatan dan rahmat, kesehatan dan kebahagiaan, umur panjang penuh berkah, rezeki halal, serta kemudahan mengarungi kehidupan.
IBADAH puasa Ramadhan hendaknya dijalani dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Kesabaran dalam berpuasa menjadi keniscayaan yang tidak terelakkan. Artinya, jika kesabaran tidak dimiliki maka orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa haus dan dahaga tanpa merasakan keutamaan dalam ibadahnya.
PERUBAHAN pola hidup terjadi selama satu bulan penuh. Perubahan pola hidup tersebut bisa menjadi salah satu penyebab perubahan emosional seseorang. Contohnya pola makan. Kebiasaan dalam sehari semalam seseorang makan sebanyak tiga kali, rentang waktu antara setiap waktunya sekitar 5-6 jam.
PADA bulan Ramadhan, waktu makan hanya 2 kali yaitu ketika sahur (sebelum subuh) dan waktu berbuka (magrib). Rentang waktu tersebut sekitar 13 jam. Dengan demikian, selama 13 jam tersebut terkadang membuat rasa lapar, haus, dan lemas dirasakan oleh orang yang berpuasa.
NAMUN demikian, jika puasa tersebut diawali dengan kesabaran, perasaan yang dialami akan dilalui dengan ikhlas dan tanpa mengeluh sedikit pun. Sebab, inilah yang menjadi kekuatan
Komentar Terbaru