Info Sekolah
Kamis, 21 Sep 2023
  • Selamat Hari Pendidikan Nasional
  • Selamat Hari Pendidikan Nasional
7 April 2022

Puasa yang sebenar-benarnya puasa

Kamis, 7 April 2022 Kategori : Uncategorized

by : Kisandriantro

Puasa pada hakekatnya bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi yang lebih dari itu adalah bisa menahan hati dan perilaku kita, lisan kita, mata kita, pendengaran kita, dari hal-hal yang bisa mendatangkan mudharat dari puasa kita. Hati kita untuk tidak berprasangka buruk pada orang lain, lisan kita untuk tidak untuk “ghibah” yaitu membicarakan keburukan orang lain (menilai orang lain), mata kita tidak untuk melihat hal-hal yang tidak pantas kita lihat, telinga kita tidak untuk mendengarkan “aib” orang lain, perilaku kita tidak untuk melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, dan sebagainya. Semuanya itu sebagai media kita untuk melatih kita dan menuntun kita menjadi pribadi yang lebih baik menjadikan pribadi yang bertaqwa. Jadi tidak bisa puasa hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi bisa menahan semuanya dari diri kita. Oleh karena itu dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:
“ Betapa banyak orang yang berpuasa itu tidak mendapatkan apa-apa, tetapi hanya dapat lapar dan dahaga saja.”
Dari hadist ini setidaknya menjadi cerminan bagi kita untuk bisa mengambil makna atau hakekat dari puasa tersebut.
Dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam Abu Hamid Al-Ghazali menerangkan, terdapat tiga tingkatan puasa untuk seorang muslim. Tingkatan tersebut adalah puasa umum (awam), puasa khusus, dan puasa khususnya khusus.
Puasa umum adalah puasa yang dikerjakan oleh orang awam. Puasa ini dilakukan demi mencegah perut dari makan, minum, dan menjaga diri dari godaan syahwat kemaluan. Jenis puasa ini terbilang tingkatan puasa paling dasar, karena seseorang hanya menjalankan puasa demi memenuhi persyaratan semata.
Puasa jenis kedua adalah puasa khusus. Dalam puasa ini, orang yang berpuasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan, minum dan berhubungan badan, namun juga membuat indera dan alat geraknya “berpuasa” dari melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama.
Berikutnya, puasa khususnya khusus ini adalah puasa nabi-nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang muqarrabin. Dalam puasa tingkat ini, hati berpuasa dari segala cita-cita yang hina, segala pikiran duniawi, juga mencegah hati berpaling kepada selain Allah SWT.