Oleh: Qari Dhea Cita Laksanani, S.Pd.
“Sahur…. Sahur….Sahur!”
Pagi itu beberapa remaja Masjid Al-Iman berteriak mengelilingi kampung bersama hawa dingin yang menyengat sekujur tubuh mereka. Berbalutkan sarung dan berbekal galon kosong dalam genggaman yang dipukul untuk membangunkan warga. Semua warga pun tampaknya telah bangun dan bergegas sahur. Kecuali satu rumah yang sepertinya belum menyalakan lampu.
“Ali, ayo sahur!”, teriak Ilman sambil memukul galonnya.
Tampaknya tidak ada respons ataupun suara dari rumah Ali. Kebetulan orang tua Ali sedang ke luar kota untuk mengurus bisnis keluarga. Sebagai anak semata wayang, kini Ali harus tinggal sendiri di rumahnya untuk sementara waktu. Meskipun sudah SMA, Ali masih ketergantungan kepada orang tuanya. Dia terbiasa dibangunkan oleh orang tuanya. Sekalipun alarm jam berbunyi, kuping Ali bagaikan tertutup beton.
“Kring….Kring….Kring…”
“Nah itu ada suara alarm dari jendela kamar Ali,” ucap Budi kepada Ilman.
“Waduh jangan-jangan anak ini ngebo ya, Bud?”
“Bisa jadi Man, orang tua Ali kan saat ini sedang berada di luar kota, jadi dia sendirian di rumah.”
“Pantas saja, biasanya dia selalu ikut membangunkan orang kampung saat sahur. Tidak bisa dibiarkan ini Bud, ayok kita ketuk saja jendelanya. Teman-teman yang lain lanjutkan saja ke rumah-rumah warga, biar aku dan Budi menyusul.”
Budi dan Ilman pun mendekati jendela kamar Ali. Mereka mengetuk dengan keras kaca jendelanya. Setelah kurang lebih lima menit, Ali membuka jendela kamarnya.
Dengan wajah yang masih mengantuk Ali berkata, “Ah kalian ini mengganggu saja, aku masih ngantuk tahu!”
“Ini saatnya sahur, kamu harus segera bangun dan makan!”, kata Budi.
“Iya betul kata Budi, nanti keburu imsyak loh,” timpal Ilman.
“Sudahlah kalian pergi saja! Aku hari ini tidak usah sahur lagian tidak ada yang masak, hanya tersisa roti dan selai saja di rumahku,” kata Ali sambil mengusap-usap kedua matanya.
“Jangan begitu, Li. Sebaiknya kamu makan saja apa yang ada. Tidakkah kamu tahu tujuh keutamaan sahur?”, kata Ilman.
“Memangnya apa, Man?”
“Yang pertama, memenuhi perintah Rasulullah SAW. Sebagaimana diperintahkan dalam hadis di atas. Keutamaan mentaati beliau disebutkan dalam ayat: مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ . Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An Nisaa’: 80). Yang kedua, makan sahur membedakan umat islam dengan ahli kitab (Yahudi dan Nashrani). Makan sahur merupakan bagian dari Syi’ar Islam. Dari ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ . Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) adalah makan sahur (HR. Muslim No. 1096). Ini berarti Islam mengajarkan baro’ dari orang kafir, artinya tidak loyal pada mereka. Karena puasa kita saja dibedakan dengan orang kafir. Yang ketiga, membuat fisik lebih kuat menjalani puasa. Imam Nawawi rahimahullah berkata: Barokah makan sahur amat jelas yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa (Syarh Shahih Muslim, 7: 206). Beda halnya dengan orang yang tidak makan sahur. Yang keempat, mendapat sholawat dari Allah dan doa para malaikat. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: السُّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ . Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur (HR. Ahmad). Yang kelima, sahur adalah waktu yang diberkahi. Karena ketika waktu sahur, Allah Ta’ala melihat ke langit dunia. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ . Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman: “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Yang keenam, sahur adalah waktu utama untuk beristighfar. Sebagaimana orang yang beristighfar saat itu dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat: وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ .Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur (QS. Ali Imran: 17). Yang ketujuh, mendapat keutamaan menjawab azan subuh dan salat subuh berjamaah. Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab Azan salat subuh dan juga bisa mendirikan salat Shubuh di waktunya secara berjamaah. Ini merupakan kebaikan yang sangat banyak yaitu mengawali pagi dengan salat subuh berjamaah. Orang yang salat Subuh berjamaah mendapat jaminan keselamatan dari Allah.”
“Ternyata banyak juga ya keutamaan dari sahur. Terima kasih ya Bud, Man. Aku akan sahur dengan roti setelah ini. Mulai besok aku akan mencoba mandiri, bangun tidur sendiri dan ikut kalian membangunkan warga lain,” ucap Ali.
“Alhamdulillah, syukurlah kalau kamu mau mendengarkan perkataan Ilman,” ucap Budi.
“Kalau begitu kami pergi dulu ya, Li. Selamat sahur, Li.”, ucap Ilman.
Mereka pun kembali ke masjid untuk sahur bersama dengan para remaja masjid. Budi dan Ilman merasa lega karena Ali sudah ikut sahur saat ini. Setelah sahur, mereka bersiap diri untuk salat subuh berjamaah di Masjid Al-Iman.
Komentar Terbaru