oleh : Kisandrianto, S. Pd.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah,
Bulan Ramadhan yang baru saja kita lalui kemarin pasti akan banyak hikmah atau makna yang kita ambil dari bulan tersebut. Alangkah ruginya kalau sampai kita tidak dapat mengambil makna atau hikmah di bulan tersebut. Bagaimanapun juga dari 12 bulan yang kita lalui dalam hidup ini hanya 1 bulan yang sangat spesial diberikan Allah pada kita, dan 1 bulan itu untuk acuan kita melangkah pada bulan-bulan berikutnya. Adapun makna/hikmah yang bisa kita ambil dalam bulan Ramadhan tersebut adalah :
Puasa pada hakekatnya bukan sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi yang lebih dari itu adalah bisa menahan hati dan perilaku kita, lisan kita, mata kita, pendengaran kita, dari hal-hal yang bisa mendatangkan mudharat dari puasa kita. Hati kita untuk tidak berprasangka buruk pada orang lain, lisan kita untuk tidak untuk “ghibah” yaitu membicarakan keburukan orang lain (menilai orang lain), mata kita tidak untuk melihat hal-hal yang tidak pantas kita lihat, telinga kita tidak untuk mendengarkan “aib” orang lain, perilaku kita tidak untuk melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, dan sebagainya. Semuanya itu sebagai media kita untuk melatih kita dan menuntun kita menjadi pribadi yang lebih baik menjadikan pribadi yang bertaqwa. Jadi tidak bisa puasa hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi bisa menahan semuanya dari diri kita. Oleh karena itu dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda:
“ Betapa banyak orang yang berpuasa itu tidak mendapatkan apa-apa, tetapi hanya dapat lapar dan dahaga saja.”
Dari hadist ini setidaknya menjadi cerminan bagi kita untuk bisa mengambil makna atau hakekat dari puasa tersebut.
Pelajaran yang bisa kita ambil dari sholat sunah tarawih adalah bagaimana di luar bulan Ramadhan ini kita bisa melakukan sholat sunah lainnya, seperti sholat tahajud, sholat dhuha, sholat qobliyah fardhu, sholat ba’diyah fardhu, dan sebagainya. Dengan melakukan sholat tambahan tersebut setidaknya bisa lebih mendekatkan kita pada Sang Khalik sehingga menjadi pribadi yang bertaqwa.
Pada bulan puasa ini biasanya kita mudah mengeluarkan harta kita untuk infaq atau sodaqoh, karena pada bulan puasa ini amal pahala kita dilipatk gandakan sampai 700 x. Akan lebih baik bila infaq atau sodaqoh kita ini dilanjutkan di luar bulan Ramadhan ini, selain Allah memberikan pahala bagi orang yang bersedekah, juga infaq yang kita keluarkan bisa membantu perekonomian orang, membantu operasioanal kemasjidan jika kita keluarkan di masjid, dan sebagainya. Dalam QS. Al Baqarah 261 Allah berfirman “ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. “
Dari pengertian ayat di atas ditegaskan bahwa orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah tidak akan pernah berkurang, bahkan justru akan semakin bertambah dan Allah akan memberikan pahalanya yang berlipat ganda.
Di bulan Ramadhan sering kita dengar di masjid-masjid, di mushola-mushola, di rumah-rumah, atau bahkan di instansi-instansi juga sering kita dengarkan orang-orang bertadarus Al Qur’an baik secara individu maupun berkelompok. Biasanya dalam bertadarus Al Qur’an ini banyak yang berlomba-lomba mengejar untuk khatam (tamat/selesai baca Qur’annya) tanpa dimengerti makna yang terkandung dalam Al Qur’an tersebut. Oleh karena itu kebiasaan bertadarus ini bisa kita teruskan di luar bulan Ramadhan namun dengan format membaca Al Qur’an sambil mentadaburi Al Qur;an tersebut sehingga kita lebih tahu tentang makna yang terkandung dalam Al Qur’an tersebut. Memang untuk mengejar khatam akan membutuhkan waktu lama, bahkan bisa 1 tahun 1x khatam, tetapi itu tidak jadi masalah daripada kita membaca tidak mengerti apa yang kita baca. Setidaknya dengan kebiasaan kita membaca Al Qur’an akan banyak manfaat yang kita peroleh seperti memberikan ketenangan jiwa bahkan mampu mengatasi permasalahan kehidupan kalau kita mampu mentadaburi Al Qur’an tersebut untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah dalam hadist dikatakan jika kita membaca 1 huruf Al Qur’an kita akan mendapatkan 10 kebaikan?Bagaimana kalau kita membacanya lebih dari 1 huruf?Berapa kebaikan yang akan kita peroleh?
Mendengarkan kultum atau tausyiah biasanya umumnya di Indonesia kita dapatkan sebelum sholat tarawih diselenggarakan atau sesudah sholat tarawih dan sesudah sholat subuh. Namun ada juga kultum atau tausyiah ini diselenggarakan sesudah sholat tarawih. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan, karena yang penting di bulan Ramadhan ini kita mendapatkan siraman ruhani yang bisa memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa kita. Namun kebiasaan mendengarkan kajian ini menjadi berubah pada masa pandemi. Dengan dasar untuk penekanan penyebaran virus corona, maka sholat tarawih selain harus memenuhi protokol kesehatan, juga untuk beribadah di bulan Ramadhan ini tidak terlalu lama durasi waktunya. Untuk sholat Isya maupun tarawih tidak boleh menggunakan surat yang panjang-panjang, dan peniadaan kultum / tausyiah sebelum sholat tarawih maupun bakda sholat subuh. Namun di beberapa masjid / mushola ada yang tetap terus melakuan kajian kultum / tausyiah, ada yang berselang-seling melakukan kajiannya (kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak melakukan). Walaupun ada yang meniadakan kajian ruhani ini, tetapi masih bisa mendengarkan di media-media televisi, radio, atau di internet. Kajian mendengarkan tausyiah atau kultum bulan Ramadhan ini setidaknya bisa kita teruskan di luar bulan Ramadhan ini dengan mendengarkan kultum terutama di masjid-masjid yang mengadakan kegiatan kultum biasanya bakda sholat magrib atau sholat shubuh. Jika di masjid tidak ada kajian tersebut kita masih bisa mendengarkan atau membaca di media internet, membaca di media cetak, melihat di media televisi, mendengarkan di media radio, atau kita bisa membaca sendiri di buku-buku atau jurnal-jurnal Islam lainnya. Setidaknya dengan melakukan demikian wawasan ruhani kita menjadi bertambah setiap waktunya.
Pada bulan Ramadhan biasanya banyak orang yang berlomba-lombauntuk bisa memberikan buka puasa bagi orang yang berpuasa. Hal ini dikarenakan orang yang memberikan buka puasa pada orang yang berpuasa, maka orang yang memberikan buka puasa akan mendapatkan pahala sama dengan orang yang menerima buka puasa tersebut tanpa mengurangi nilai pahala yang didapatkan dari orang yang berpuasa tersebut. Kebiasaan memberikan buka puasa ini setidaknya terus bisa kita berikan di luar Bulan Ramadhan seperti memberikan buka puasa sunah seperti puasa Syawal setelah bulan Ramadhan ini, puasa Senin Kamis, puasa Ayamul Bidh, puasa As Syura, dan sebagainya. Memberikan sedekah makan atau minum ini tidak hanya dilakukan bagi orang yang berbuka puasa saja, tetapi bisa diberikan pada orang yang tidak berpuasa di hari-hari yang diberkahi seperti Jum’at berkah setiap selesai Sholat Jum’at yang marak pada akhir-akhir ini di beberapa masjid.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فىِ اْلقُرأنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الاٰيَاتِ وَالذِّكْرَ اْلحَكِيْمِ، وَ تَقَبَّلَ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الَسمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
Sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah,
Dari 6 hikmah yang bisa kita ambil dari bulan Ramadhan ini setidaknya bila kita implementasikan dalam bulan-bulan selain bulan Ramadhan maka “ruh bulan Ramadhan” ini masih bisa kita rasakan walau kita tidak ada di Bulan Ramadhan. Dengan demikian derajat ketaqwaan kita semakin bertambah sesuai dengan tujuan orang yang berpuasa menjadikan orang menjadi bertaqwa.
Sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah,
Marilah kita akhiri kajian jum’at ini dengan berdo’a semoga Allah mengabulkan doa yang kita minta hari ini
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَلّلَهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَلَّلهُمَّ اِنَّا نَسْاءَلُكَ سَلَمَتً فِي الدِّيْنِ وَعَافِيَتَ فِي الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِي الْعِلْمِ وَبَرَكَهً فِي
الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.
رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار
سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْن
(Penulis adalah Guru Mapel di SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta dan koordinator bidang pendidikan di PRM Prawirodirjan Gondomanan Yogyakarta serta seksi ibadah di Masjid Al Karim Tuntungan Umbulharjo Yogyakarta)
Komentar Terbaru