Info Sekolah
Kamis, 21 Sep 2023
  • Selamat Hari Pendidikan Nasional
  • Selamat Hari Pendidikan Nasional
9 Mei 2021

Motivasi Berpuasa dan Moralitas Remaja

Minggu, 9 Mei 2021 Kategori : Uncategorized

Oleh : Jaka Pancawidia, S.Psi

Hari keduapuluhdelapan ramadhan 1442 H

Pemahaman dan cara remaja memberikan keputusan merupakan cara yang baik mengenai moralitas remaja. Sesuatu yang dianggapremaja adalah benar atau salah merupakan gambaran kepada remaja untuk dapat memahami dunianya. Hal ini dikemukakan oleh Kohlberg yang mengungkapkan bahwa perkembangan moral anak terkait dengan perkembangan cara berpikir anak . Artinya, semakin tinggi tingkat perkembangan berpikir anak, semakin besar pula potensi anak mencapai tingkat perkembangan moral yang lebih baik.

Proses menuju kematangan berpikir moralistis memerlukan waktu dan dasar pijakan moral yang lebih tepat. Seorang remaja harus mampu membina moral yang ada dalam dirinya melalui pengalaman yang dimilikinya dari masa kanak-kanak sampai dengan mencapai kematangan baik dalam segi jasmani,rohani,sosial dan ekonomi. Remaja akan menghadapi situasi dan keadaan yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Remaja dituntut untuk mengadakan penilaian, merencanakan dan membuat keputusan yang sesuai dengan kehendaknya dan didasarkan pada prinsip moral.

Remaja yang berada dalam masa transisi membuat remaja dihadapkan pada berbagai kontradiksi. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang lebih matang dan mampu berdiri sendiri, sehingga remaja selalu memikirkan nilai dan standar moral yang muncul dari agama dan lingkungan sosial . Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapatatau perbuatan yang layak dikatakan baik, benar, salah, atau buruk. Penilaian salah dan benar dipandang dari sudut hukum yang di dalam agama Islam tidak dapat diceraipisahkan, oleh karena itu untuk mengukur tingkah laku manusia, baik atau buruk, dapat dilihat apakah perbuatan itu sesuai dengan adat istiadat yang umum diterima. Dalam pengertian syarat diartikan sebagai suatu bentuk ibadah dengan cara menahan diri dari makan, minum, berhubungan seks, dan lain sebagainya dari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan dalam usaha untuk mempersiapkan menjadi insan yang takwa. Faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang antara lain yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu, meliputi dukungan sosial, lingkungan dan orang tua. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang mengarahkan pada tingkah laku tertentu dan merupakan kepercayaan diri yang timbul karena tekad dan perasaan untuk mampu melaksanakan segala yang dibutuhkan dalam hidup.

Cara memotivasinya dapat dilakukan dengan cara berdialog mengenai puasa, memberikan reward berupa hadiah uang atau sesuatu yang diinginkan, dalam hal ini cenderung untuk memperlemah dirinya untuk menjalankan puasa tapi bukan berarti tidak boleh diterapkan sama sekali melainkan apabila motivasinya sangat lemah, orang tua dapat menerapkan cara ini sebagai motivator sementara. Motivasi yang kuat untuk berpuasa menyebabkan fisik seseorang siap untuk menghadapi sesuatu yang diakibatkan oleh puasa tersebut.

Diketahui dari penelitian oleh para ahli kesehatan dan para dokter bahwa kadar asam lambung orang yang niat berpuasa lebih rendah dari pada orang yang kelaparan. Dengan menjalankan ibadah puasa dapat menghindarkan diri dari penyakit-penyakit yang berarti fisik seseorang terpelihara dan sehat. Demikian pula dengan jiwa dan rohani, karena berpuasa rohaninya bersih dan akan timbul perasaan iba kepada orang lain yang lebih menderita sehingga akan dapat mengekang hawa nafsunya dan mampu mendisiplinkan diri. Demikianlah hikmah yang diperoleh bila berpuasa dengan baik dan benar menurut tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek moralitas remaja yang digunakan adalah sikap baik, kasih sayang, kejujuran dan keadilan. Pertimbangan pemilihan aspek-aspek tersebut karena ada kemiripan dan mempunyai arti yang sama mengenai aspek moralitas yang diungkapkan oleh Daradjat dan Hadiwardoyo, sehingga penulis hanya mengambil beberapa aspek yang sesuai dengan definisi dari moralitas remaja. Rasa bangga terhadap kemampuan diri inilah yang disebut penghargaan intrinsik.

Bagi setiap muslim, puasa sebagaimana halnya dengan rukun Islam yang lain harus dilaksanakan dengan taat, sesuai dengan hakikat perintah Allah SWT. Puasa mendidik seseorang untuk bersikap jujur dan merasa diawasi oleh Allah SWT, baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian karena pada saat itulah tidak seorangpun yang mengawasi orang yang berpuasa selain Allah SWT. Dengan demikian pada situasi tertentu seorang remaja harus diberikan motivasi dan penghargaan untuk mengantisipasi saat-saat kritis melalui cara memberikan kegiatan dan kreativitas yang paling menarik bagi anak . Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berpuasa ramadhan adalah suatu dorongan yang mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk menjalankan ibadah puasa dibulan Ramadhan dengan mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan menahan diri dari segala sesuatuyang membatalkanpuasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari disertai niat karena Allah SWT dengan syarat dan rukun tertentu.

Maksud dari mengarahkan di sini yaitu individu diberikan motivasi agar dapat menjalankan puasa seperti yang telah diperintahkan dalam agamanya. Tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Berdasarkan uraian beberapa aspek yang telah dikemukakan para tokoh maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek motivasi berpuasa ramadhan adalah menggerakkan, mengarahkan dan tujuan. Pertimbangan pemilihan aspek tersebut karena dari beberapa tokoh menyebutkan aspek-aspek motivasi yang mempunyai kemiripan dan kesamaan arti sehingga hanya mengambil aspek-aspek yang sesuai dengan definisi dari motivasi berpuasa ramadhan. Puasa bisa membiasakan orang bersikap sabar terhadap hal-hal yang diharamkan, penderitaan, dan kesulitan yang kadangkala muncul dihadapannya.