oleh : Beny Ari Kusuma, S. Si.
Hari keduapuluhtiga ramadhan 1442 H
Tidak ada manusia yang lepas dari dosa, ia memang hina tapi ada yang jauh lebih hina yaitu rasa bangga berbuat dosa. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar di media sosial maupun di kesahian kita ada orang yang “merasa bangga” akan perbuatan maksiat.
Sebagai contoh
A: waah hari ini ga puasa gua brooo, sakit nie pilek…
B: laah loe sakit ga puasa kaya gua dong “ dengan bangganya” udah 5 tahun gua ga pernah puasa (padahal muslim).
Mungkin kita pernah mendengar yang lebih frontal dari percakapan di atas, misal berhubungan dengan lawan jenis tanpa ikatan pernikahan dan gilanya mereka “bangga” akan hal tersebut. Pacaran perbuatan zina yang sudah “di anggap wajar” di kehidupan sehari-hari dan banyak dari mereka yang bangga berpacaran dan banyak pula yang malu karena tidak punya pacar.
Memang jaman sekarang lebih bangga akan kemaksiatan dibanding dengan berbuat kebaikan. Terlebih lagi sudah 1 tahun lebih peran dari seorang GURU tidak dirasakan oleh penerus bangsa ini. Guru memang bukan malaikat tapi setidaknya di hadapan murid-murid guru memberi contoh-contoh yang baik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu , beliau mendengar Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda,
“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa di malam hari lantas di pagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu padahal Alloh telah menutupidosanya, pada malam hari nya, Alloh telah menutupi aibnya, namun di pagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah Alloh tutupi.”(HR. Bukhari, no 6069 dan Muslim, no. 2990).
Padahal di dalam Asmaul Husna Alloh mempunyai sifat Al ‘Afuww (Yang Maha Pemaaf). Dan dikatakan dalam hadist di atas Alloh tidak akan memaafkan orang yang berbuat maksiat dan memuji-memuji kemaksiatan tersebut.
Al-‘Afuww adalah Dzat yang menghapuskan kejelekan serta mengampuni kemaksiatan. Makna ini lebih dekat kepada makna Al-Ghofur tetapi Al-‘Afuww lebih kuat dan mendalam lagi. Karena pengampunan itu mengisyaratkan kepada penutupan, sedangkan Al-‘Afwu mengisyaratkan kepada penghapusan, dan penghapusan (dosa ) lebih mendalam (maknanya) daripada penutupan.
Semoga kita di jauhkan dalam segala macam maksiat yang kita sadari atau tidak kita sadari
Komentar Terbaru