oleh : Ris Arini
Hari keenambelas ramadhan 1442 H
Rizki yang Allah swt berikan kepada kami, tak akan henti-hentinya kami haturkan rasa syukur kepada-Mu. Engkau berikan kami kesehatan dan kesempatan, untuk membuat lukisan indah perjalanan hidup ini. Rizki yang kau limpahkan kepada kami, mudah-mudahan mendapatkan berkah-Mu. Kami manfaatkan sesuai dengan kebutuhan, kami gunakan sesuai dengan jalan-Mu. Karena bekerja dan beribadah itu dilandasi dengan rasa ikhlas.
Salah satu derajat yang harus dicapai seorang muslim adalah menjadi seorang mukmin. Untuk mencapai lapisan itu tidak mudah. Seorang muslim herus melewati jalan yang tidak lurus dan rata. Ciri-ciri seorang mukmin, Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 113-114, yang artinya, ”Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Diantara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka juga bersujud (shalat), mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan bergera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang shaleh”
Bila dikupas satu persatu, firman Allah di atas mengandung empat unsur perilaku yang menunjukkan bahwa seseorang mempunyai ciri seorang mukmin, yaitu :
Pertama, orang mukmin jika bekerja akan cepat, tidak pernah menunda pekerjaan. Perilakunya patut untuk dikembangkan menjadi sebuah perilaku yang hanya mengabdi kepada-Nya
Kedua, ketika bekerja paling semangat. Untuk meraih semangat dalam hal ibadahnya, dalam hal hasilnya dan juga dalam hal kepuasan batin.
Ketiga, paling depan ketika berbuat baik. Ia tak akan menengok belakang, ada siapa di belakangku. Karena yang ia tuju hanyalah bekerja uantuk Allah.
Keempat, tidak pernah mempunyai niat untuk berbuat jahat. Bekerja tak hanya untuk meneruma upah semata. Bekerja bukan hanya untuk dirinya sendiri. Berkarya untuk orang lain supaya lebih memahami posisi siapa sebenarnya aku.
Semua perbuatan itu harus dilakukan dengan ikhlas, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Belia yang selalu menghabiskan waktu di malam untuk sujud dan ruku meminta ridho-Nya. Di siang hari Rasulullah saw, bekerja sebagaimana orang biasa. Rasulullah tak pernah memperlihatkan rasa lelahnya. Sebagai orang yang ditunjuk oleh Allah, beliau mampu menjadi suri tauladan sebagai pemimpin umat.
Dalam khasah Islam, Ada tiga tingkatan orang ikhlas.
Pertama, orang beribadah karena Allah, namun masih dikaitkan dengan urusan dunia. Contohnya, semangat bekerja jika ada pimpinan, karena ingin mendapat pujian. Penghargaan semu yang hendak diraih. Seakan pimpinan menjadi segala-galanya.
Kedua, ibadah karena Allah, namun masih dikaitkan ingin masuk surga dan menghindari neraka. Ibadah jenis ini adalah ibadahnya orang dagang. Untung-rugi masih menjadi perhitungan yang utama.
Ketiga, beribadah karena Allah tidak ada iming-iming lain kecuali hanya karena Allah. Sebab apapun yang di kehendaki, tentu Allah sudah ridho. Ibadahnya orang seperti ini tepat sekali apa yang diinginkan oleh Rasululllah saw. Ikhlas inilah ikhlas yang sangat dimuliakan.
Orang ikhlas hatinya senantiasa terbuka, karena mendapat cahaya iman dan taqwa dari Allah swt. Sebaliknya celakalah bagi orang yang suka melanggar, karena memiliki hati yang sangat keras untuk ingat kepada Allah, mereka itulah yang berada dalam kesesatan yang nyata.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan manusia dalam berperilaku agar dicintai Allah.
Pertama, tidak sombong dan angkuh, Allah akan mencintai hamba-Nya yang senantiasa rendah hati dan tidak sombong. Kemuliaan di depan Allah bukan karena warna kulit, jabatan, atau ilmu, tetapi karena taqwa. Perilaku sombong dan angkuh merupakan induk dosa. Berawal dari sombong dan angkuh akan menyebabkan perilaku-perilaku lain yang tidak diridhoi Allah.
Tanda kedua, orang yang dicintai Allah adalah ketika manusia beribadah, baik beribadah kepada Allah maupun kepada masyarakat. Kalau kita bekerja, niatkan karena Allah, bukan karena uang dan yang lainnya. Bila di dunia tidak didapat, kelak di akhirat Allah akan memberi kesempatan dan kebahagiaan yang luas, karena kita bekerja karena Allah.
Ciri ketiga, terakhir orang yang dicintai Allah adalah dia selalu mengingat Allah, tidak ada hentinya. Dalam Al Qur’an ada pesan : ”Saat kalian selesai menunaikan shalat, jangan berhenti untuk ingat kepada Allah.”
Komentar Terbaru