Jogjakartaku, Istimewa!
Ditulis oleh Kisandrianto
Alkisah pada suatu hari tersebutlah sebuah keluarga di salah satu tempat di Yogyakarta seorang anak sedang berbincang-bincang dengan ayah bundanya tentang sejarah kotanya sendiri yaitu Kota Yogyakarta. Tersebutlah anak tersebut Dita namanya sedang bertanya tentang kedua orang tuanya tentang asal usul keistimewaan Yogyakarta. Dita terinspirasi cerita tersebut yang ia dengarkan dari gurunya di sekolah. Dita bertanya kepada kedua orang tuanya yang bernama Bu Asmi dan Pak Budi. Dita sendiri masih sekolah di kelas 6 SD sedangkan adiknya Dewi masih duduk di TK. Walau berbeda usia cukup jauh namun Dita dan Dewi ini cukup akrab kalau sedang bermain.
Dita bertanya pada kedua orang tuanya. Bunda, saya mau tanya boleh tidak? Bunda Asmi menjawab, boleh nak, silahkan. “Mau tanya apa nak?” Saya tadi disekolah diceritain bapak guru tentang sejarah daerah Yogyakarta. Namun saya kurang paham tentang sebutan Daerah Istimewa yang melekat di nama daerah Yogyakarta tersebut. Mungkin bunda tahu tentang sebutan nama tersebut? Sambil menggaruk-garuk kepala, Bunda Asmi berusaha untuk menjawab. O, itu to nak yang kamu tanyakan. Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya perlu mengajak ayahmu dulu tentang pertanyaan tersebut ya nak?karena bundamu takut salah untuk menjawabnya. “Oke bunda,” begitulah kata Dita menjawab perkataan dari bundanya.
Selang waktu kemudian, bunda Asmi dan ayahanda Budi tiba di tempat yang biasa tadi dipakai untuk berdiskusi. Seketika itu juga, Dita langsung mencium tangan ayahandanya sebagai wujud tanda bakti anak kepada kedua orang tuanya. Tak lama setelah itu, sang ayah beserta bunda duduk di kursi di depan teras dan juga didikuti yang duduk disamping ayah bundanya. Kemudian bunda Asmi mulai melakukan pembicaraan, begini yah, ini tadi Dita tanya tentang asal muasal sebutan Daerah Istimewa Yogyakarta pada saya, terus terang saya takut salah untuk menjawabnya. Oleh karena itulah saya mengajak ayah ke sini untuk menjelaskan tentang sebutan Daerah Istimewa yang melekat di Yogyakarta. Sang ayah akhirnya mulai berbicara, begini dita, saya akan menjelaskan tentang asal muasal sebutan Daerah Istimewa tersebut. Tetapi saya akan mulai dari wilayah Yogyakarta dulu.
Banyak orang mengira bahwa Yogyakarta adalah wilayah Jawa Tengah, padahal jelas berbeda asal-usul sejarah wilayahnya. Secara geografis memang masuk wilayah Jawa Tengah, tetapi secara sejarah terbentuknya jelas berbeda. Boleh dikatakan bahwa nama Daerah Istimewa Yogyakarta ini sudah ada sebelumnya sebelum ada daerah Jawa Tengah bahkan sebelum Negara Kesatuan RI ini berdiri. Di sinilah letak keistimewaan Yogyakarta ini dibanding dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Perjalanan keistimewaan Yogyakarta dimulai dari ketika Presiden Sukarno mengeluarkan piagam penetapan kedudukan bagi penguasa tahta Kesultanan Yogyakarta maupun penguasa Kadipaten Pakualaman. Seiring dengan itu penguasa dari Kesultanan dan Kadipaten Pakualaman Yogyakarta mengeluarkan dekrit kerajaan yang dikenal dengan “Makumat 5 September 1945” serta mengeluarkan pernyataan tentang integrasi monarki Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia.
Dari sinilah cikal bakal keistimewaan Yogyakarta diperoleh setelah melalui perjalanan sejarah yang panjang. Spirit nasionalime sudah ditunjukkan oleh Raja Kasultanan Kraton Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Raja Kadipaten Pakualaman Yogyakarta yaitu Sri Paduka Paku Alam VIII. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan sendiri sudah ditunjukkan dengan mengikhlaskan wilayah kekuasaannya yaitu Kraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman untuk dilebur menjadi wilayah bagian dari Republik Indonesia yang baru saja dilahirkan. Padahal Kraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman sudah mempunyai pemerintahan otonom sendiri dan itu diakui oleh pemerintah kolonial Belanda, Inggris, Jepang, bahkan dunia internasioanal. Tidak hanya itu saja, ketika Republik Indonesia ini baru mau berdiri dan saat membutuhkan cetakan Oeang/Uang Republik Indonesia (ORI) dengan jaminan emas di Bank Indonesia, Kraton Yogyakarta dengan ikhlas memberikan batangan emas tersebut sebagai jaminannya. Bahkan ketika situasi Jakarta sedang genting sebagai Ibu Kota Negara, atas inisiatif Sri Sultan Hamengkubuwono IX Ibu Kota Negara dipindah ke Yogyakarta dengan biaya operasioanal termasuk gaji pejabat negara ditanggung sepenuhnya oleh Kraton Yogyakarta. Inilah nilai keistimewaan Yogyakarta yang ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII dengan sifat kenegarawannya.
Inilah nak, secara singkat setidaknya istilah keistimewaan yang melekat di daerah Yogyakarta. Wah bagus sekali yah ceritanya, tidak mengira begitu besar perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII terhadap bangsa ini. Terima kasih yah,” atas ceritanya dan saya puas atas penjelasan ayah tadi. Sama-sama nak, semoga kamu tambah luas wawasannya atas penjelasan saya tadi. Gimana dita, kamu sudah puas to atas cerita dari ayah tadi?Sudah puas bunda,” bahkan penjelasan dari ayah panjang sekali. Oke, karena sudah terjawab pertanyaanmu tadi, yuk kita makan-makan bersama-sama kebetulan tadi ibu sudah masak sayur sup beserta lauknyaserta sambal kesukaanmu. Wah enak sekali bunda, aku juga sudah lapar nih! Akhirnya bapak dan ibu serta anak tersebut menuju ke ruang makan untuk makan-makan bersama.
Demikian tadi cerita tentang cerita tentang asal-usul sejarah keistimewaan Yogyakarta yang tidak pernah lepas dari peran kedua tokoh sentral Yogyakrta yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII sekaligus sebagai Raja Kasultanan Yogyakarta dan Raja Kadipaten Pakualaman.
Penulis Kisandrianto, S.Pd. Guru Mata Pelajaran IPS SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta
Komentar Terbaru