BU TEJO dan Ayat 3 in 1
Kang Jaya
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Ta’ala, salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikutnya yang teguh menjalankan sunah-sunahnya.
Agama islam adalah agama yang selalu memerintahkan umatnya untuk selalu menjaga hubungan yaitu Hablum minallah berarti hubungan manusia dan Allah sebagai tuhannya. Kegiatan yg berkaitan dengan Hablum minallah adalah Syahadat, Shalat, dan Puasa. Hablum minannas berarti hubungan antara sesama manusia, kegiatan dapat berupa saling membantu dengan tetangga, memberi makan anak yatim mengasihi orang miskin sedangkan Hablum minal Alam adalah hubungan manusia dan alam, kegiatan dapat berupa menjaga kebersihan lingkungan, mencegah penebangan liar, dan lain sebagainya Dari ketiga hal tersebut tidaklah muda dalam menjaganya, lebih- lebih hablum miannas hubungan dengan antar sesama manusia. Hubungan antar sesama manusia sering kali membuat kita terlena lebih lebih di era sekarang ini dengan munculnya Bu Tejo. Bu Tejo Bu Tejo yang lekat dengan karakter berprangsangka buruk, mencari kesalahan orag lain, dan bergosip ria dengan nada bicaranya yang khas disebut- sebut netizen sebagai reprensitatif kehidupan nyata kita sehari- hari.
Dalam al quran Allah berfirman
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudanya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat: 12).
Dari ayat tersebut kita bisa memahmai bahwa dalam menjaga hubungan dengan manusia ada tiga hal yang seyogyanya kita jauhi :
Pertama, Larangan untuk berprangsaka buruk, atau Suudzon atau merupakansalah satu sifat tercela yang banyak tertanam dalam diri manusia. Suudzon atau berburuk sangka dapat membuat hati kita menjadi buruk dan selalu dipenuhi dengan rasa dengki yang merupakan awal dari penyakit hati. Orang yang memiliki sifat suudzon ia akan selalu menafsirkan setiap apa yang terjadi akan menjadi buruk dalam pandangannya. sebagian dari prasangka adalah dosa. Sesiapa yang mempunyai sifat buruk sangka kepada sesama Islam, maka ia wajib bertaubat dan beristiqfar kepada Allah SWT. Orang yang berburuk sangka adalah melakukan perbuatan jahat dan berdosa besar. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذّبُ الْحَدِيْثِ
“Karena sesungguhnya prasangka adalah berita yang paling dusta”[1]
Ini adalah teks sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa prasangka adalah berita yang paling dusta yang terdapat dalam hatimu. Jika jiwamu yang ada dalam dirimu memberi kabar kepadamu dengan persangkaan-persangkaan, ketahuilah bahwa hal itu merupakan berita yang paling dusta. Jika demikian, maka hak saudaramu atas dirimu adalah engkau tidak berprasangka kepadanya kecuali prasangka yang baik dan engkau jauhi prasangka yang buruk terhadapnya.
Yang Kedua, Mencari- mencar kesalahan atau Tajassus. Dalam kamus literatur bahasa Arab, misalnya kamus Lisan al-‘Arab karangan Imam Ibnu Manzhur, tajassus berarti “bahatsa ‘anhu wa fahasha” yaitu mencari berita atau menyelidikinya.Sementara dalam kamus karangan orang Indonesia, misalnya dalam kamus Al-Bishri, tajassus berasal dari kata “jassa-yajussu-jassan” kemudian berimbuhan huruf ta di awal kalimat dan di-tasydid huruf sin-nya maka menjadi kata “tajassasa-yatajassasu-tajassusan” yang berarti menyelidiki atau memata-matai. Dari pengertian tersebut, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa tajassus adalah mencari-cari kesalahan orang lain dengan menyelidikinya atau memata-matai. Dan sikap tajassus ini termasuk sikap yang dilarang dalam Alquran maupun hadis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”[3]
baca juga Workshop Learning Management System Moodle
Ketiga, Mennggunjig satu sama lain atau Ghibah.
ghibah diartikan sebagai menggunjing. Artinya, ghibah adalah menyampaikan sesuatu yang terjadi pada seseorang yang jika orang yang dibicarakan tersebut mendengarnya akan merasa tidak suka. Ghibah itu bisa dilakukan dengan perkataan yang jelas atau dengan yang lainnya seperti isyarat dengan perkataan, isyarat dengan mata atau bibir dan yang lainnya, yang penting bisa dipahami oleh yang bergunjing tersebut.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dijelaskan tentang pengertian ghibah secara jelas. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu saw pernah bertanya pada para sahabatnya:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخْيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “’Tahukah kalian apa itu ghibah?’ Lalu sahabat berkata: ‘Allah dan rasulNya yang lebih tahu’. Rasulullah bersabda: ‘Engkau menyebut saudaramu tentang apa yang dia benci’. Beliau ditanya: ‘Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan benar tentang saudaraku?’ Rasulullah bersabda: ‘jika engkau menyebutkan tentang kebenaran saudaramu maka sungguh engkau telah ghibah tentang saudaramu dan jika yang engkau katakan yang sebaliknya maka engkau telah menyebutkan kedustaan tentang saudaramu.’ [3]”
Dari Bu Tejo kita bisa mengambil hikmah bahwa 3 perbutan dosa besar yang saling berkesinambungan yang diawali dengan sebuah prasangka, kemudian dengan prangsangka kita mencoba mengulik mencari tahu tentang prasangka tersebut. Lalu Ketika kita sudah menemukan apa yang kit acari maka kita akan mengumbar hal tersebut ke kalayak umum dengan mudahnya. 3 Perbutan tersebut terjawab dan terlarang bagi kita umat muslim yang ditegaskan dalam satu ayat saja QS. Al Hujarat ayat 12.
Lalu bagaimana cara menghindari ketiga perbuatan tersebut? Dadhi wong ki mbok yo sing solutip! Kata Bu tejo. Untuk menghidari perbuatan- perbuatan tersebut tentu tidaklah mudah. Hal yang harus dilakukan adalah :
Kita harus sadar bahwa segala sesuatu apa yang telah kita ucapkan semuanya akan dicatat dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana Allah berfirman yang artinya :
ما يَلفِظُ مِن قَولٍ إِلّا لَدَيهِ رَقيبٌ عَتيدٌ
“Tiada suatu ucapan apapun yang diucapkan melaikan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf : 18)
Setiap orang yang ada di dunia ini memiliki ‘aibnya sendiri, hanya saja Allah menutup ‘aibnya tersebut. Selaknya sebagai seorang hamba kita mampu merenungi segala ‘aib – ‘aib yang ada dalam diri kita dan berserah bertaubat meminta ampunan kepada- Nya.
Kebanyakan ghibah tumbuh karena didasari rasa iri dan benci, juga ketidakikhlasan menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil atau lebih beruntung dari pada kita. Jika dirinya kurang beruntung, dia pun senang menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara dari pada dirinya.
Hindarilah segala sesuatu yang mendekatkan kita pada ghibah, seperti acara-acara bernuansa ghibah di televisi dan radio, juga berita-berita koran dan majalah yang membicarakan kejelekan orang. Jika terjebak dalam situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan kesalahannya. Jika tak mampu, setidaknya Anda diam dan tak menanggapi ghibah tersebut atau anda memilih hengkang dan “menyelamatkan diri”. Pilihlah teman yang tidak suka ghibah. Karena tanpa teman, ghibah tidak mungkin terjadi. Jika terlanjur akrab dan sulit untuk lepas dari teman yang gemar ghibah, maka ingatkanlah dia bila mulai mengajak ke arah ghibah.Jika tidak berani mengingatkan maka alihkan pembicaraan. Ketika dia mulai membuka keburukan orang lain, sorot poin yang tidak mengandung unsur ghibah. Dengan halus, bawa dia ke topik yang bermanfaat maupun topik yang biasa-biasa seperti guyon maupun yang lain.
Semoga kita selalu terhidar dari perbuatan- perbuatan yang dilarang oleh Allah subḥānahu wataʿālā. Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir .
Refrensi
[1] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6066) dan Muslim (2563)
[2] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadis no. 6064 dan Muslim hadis no. 2563
[3] Diriwayatkan oleh Muslim no. 2589
Komentar Terbaru